Bagimana Memimpin Perubahan?
‘Transformasi adalah tentang penciptakan masa depan dan bukan
sekedar menyempurnakan masa lalu.”
Organisasi akan selalu mengalami
dinamika perubahan, baik yang disebabkan dari dalam maupun dari luar
organisasi. Perubahan tidak harus terjadi begitu saja, namun perubahan harus bisa
dikelola dengan baik. Manajemen perubahan diperlukan dalam rangka membantu
proses perubahan menjadi lebih terarah. Artikel ini membahas bagaimana
perubahan harus dilakukan, strategi yang dapat digunakan dalam proses
perubahan, serta membahas kunci sukses dalam memimpin perubahan.
Tantangan Transformasi secara umum
Pemicu
perubahan adalah kekuatan yang memaksa organisasi untuk berubah, artinya bahwa
organisasi tidak bisa tetap seperti sekarang. Pergeseran yang menyebabkan
tuntutan perubahan dalam organisasi dan dunia kerja, antara lain:
DARI
|
MENUJU
|
Pasar lokal,
operasi lokal
|
Pasar global,
operasi global
|
Pekerjaan
manufaktur, administrasi
|
Pelayanan,
pekerjaan berbasis pengetahuan
|
Hirarki
|
Jejaring kerja
|
Perantaraan,
tatap muka
|
Akses langsung,
hubungan virtual
|
Kepatuhan
terhadap otoritas formal
|
Mempertanyakan
otoritas formal
|
Stabilitas,
efisiensi, kontrol
|
Perubahan,
kreativitas
|
Pekerjaan full time
|
Pekerjaan part-time dan proyek
|
Shareholders
value
|
Stakeholders
value
|
Pekerjaan
dikerjakan oleh pekerja
|
Pekerjaan
dikerjakan oleh banyak kontributor
|
Tempat kerja
tetap
|
Tempat kerja
beragam
|
Hak prerogratif
manajemen
|
Tanggung jawab
sosial
|
Pelayanan yang
loyal
|
Pengetahuan dan
keterampilan yang marketable
|
Tenaga kerja
kulit putih
|
Tenaga kerja
dengan beragam warna kulit dan usia
|
Kinerja keuangan
|
Beberapa bottom lines
|
Get
a job
|
Get
a life
|
Untuk
mengantisipasi perubahan tersebut, sebuah organisasi membutuhkan seorang
pemimpin. Menurut John Kotter, kepemimpinan adalah tentang menghadapi
perubahan. Seorang pemimpin harus fokus pada perubahan dan inovasi, fokus pada
visi organisasi, fokus pada strategi dalam mengambil risiko yang
diperhitungkan, dan fokus pada nilai-nilai dan martabat manusia.
Sejumlah
penelitian membuktikan bahwa lebih dari 75% upaya perubahan gagal karena
kegagalan untuk fokus pada isu manusia, antara lain:
- Resistensi dari karyawan : 82%
- Kurangnya dukungan : 72%
- Ekpektasi yang tidak realistis : 65%
- Tim yang kurang terampil : 44%
- Tidak adanya perencanaan perubahan organisasi : 43%
- Silo-silo/pengkotak-kotakan secara horisontal : 41%
Orang
akan resisten terhadap perubahan apabila mereka tidak memahami implikasi dari
perubahan itu dan persepsi bahwa mereka akan mengorbankan lebih banyak daripada
apa yang akan mereka dapatkan. Reaksi orang terhadap perubahan dapat dilihat
dari 2 jenis karakteristik manusia, yaitu manusia emosional dan manusia
rasional. Pada manusia emosional, reaksi yang dapat diamati adalah feel (merasakan), commit (mempercayai), dan act
(bertindak). Sedangkan pada manusia rasional, maka akan terjadi proses analyse
(menganalisis), understand
(memahami), dan decide (memutuskan).
Hal
yang perlu diingat adalah bahwa sangat lazim menemukan hal-hal di bawah ini
ketika terjadi perubahan:
- merasa canggung
- yang dipikirkan pertama kali adalah tentang ‘kehilangan’
- merasa sendirian
- hanya menangani perubahan-perubahan besar
- memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda ketika menghadapi perubahan
- khawatir tentang sumber-sumber daya yang dibutuhkan
- cenderung ingin kembali ke perilaku yang lama.
5 Hal yang Dipengaruhi oleh Perubahan
Perubahan
mempengaruhi orang dalam 5 hal, yaitu:
- Control : perubahan mengganggu perasaan sadar atau bawah sadar dari kontrol yang telah dibantuk pada kondisi saat ini.
- Confidence : megakibatkan kurangnya kepercayaan diri dalam cara kerja yang baru atau pada kondisi mendatang
- Comfort : mengganggu kenyamanan dari cara kerja dan hubungan yang telah dibangun
- Competence : menciptakan kecemasan dengan memaksa orang untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang masih asing.
- Capacity : Orang merasa mereka telah mencapai ‘batas untuk perubahan’ dan inisiatif perubahan yang spesifik mendorong mereka untuk melewati batas itu.
3 Fase Perubahan
Dalam
perubahan ada 3 fase yang terjadi, yaitu:
1.
Current
State (Kondisi saat ini), yaitu proses, struktur organisasi, teknologi,
orang-orang, dan budaya organisasi. Misalnya cara organisasi melakukan
aktivitasnya saat ini, termasuk proses, struktur organisasi, teknologi,
masyarakat, dan budaya.
2.
Transition Periode
(Masa Transisi), yaitu masa antara kondisi saat ini dan kondisi masa depan.
Organisasi seringkali mengabaikan masa transisi ini. Dalam masa transisi ada
siklus yang harus dilalui, yang terdiri
dari 3 fase, yaitu:
- Fase 1: Ending, losing, letting go
Setiap transisi diawali dengan mengakhiri sesuatu yang lama.
Ketika perubahan terjadi orang
meninggalkan hal-hal dan cara-cara yang lama, dan mencari cara-cara yang baru.
- Fase 2: The Neutral Zone
Zona netral adalah suatu keadaan/siatuasi yang
membingungkan, ketika identitas dan situasi yang lama telah ditinggalkan ,
tetapi mereka belum memasuki identitas dan situasi yang baru. Walaupun zona
netral bisa saja membuat tertekan/stress, tetapi memberikan banyak peluang untuk perubahan
yang kreatif.
- Fase 3: The New Beginning
Awal yang baru akan terjadi hanya setelah kita meninggalkan
hal-hal yang lama dan melalui zona netral. Dalam fase ini, orang menerima
realitas perubahan dan mulai mengenali situasi yang baru.
Transisi merupakan reorientasi psikologis yang dilakukan
secara bertahap yang terjadi secara
internal ketika kita mencoba beradaptasi terhadap perubahan.
3.
Future State
(Kondisi masa depan), misalnya cara organisasi
mengantisipasi proses kerjanya apabila perubahan diimplementasikan,
meliputi proses-proses baru, struktur organisasi, teknologi, pembagian kerja,
budaya yang baru.
Perubahan merupakan peristiwa. Untuk mengelola perubahan,
kita harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan kita dan bagaimana kita
akan mencapai tujuan itu.
Sedangkan transisi merupakan sebuah proses, untuk mengelola
orang-orang dalam masa transisi, kita harus membantu mereka untuk bersepakat
dengan perubahan.
4 Tahapan Perubahan
Tahap-tahap
yang harus dilalui secara berurutan selama perubahan adalah sebagai berikut:
- Denial (penyangkalan), ditandai dengan sikap atau komentar : ‘ini akan segera berakhir’, ‘ini tidak mungkin terjadi’, apatis, mati rasa, mengecilkan arti perubahan, acuh tak acuh/tidak peduli.
Yang
harus dilakukan oleh pemimpin pada tahap ini antara lain:
§ menjelaskan perubahan tanpa mengabaikan masa lalu, mengapa perubahan
dibutuhkan, apa yang harus berakhir dan bagaimana itu mempengaruhi orang-orang,
dan apa yang tidak berubah.
§ Mencari
tahu reaksi orang-orang
§ Mendengarkan,
mendengarkan, dan mendengarkan – memperhatikan apa yang didengar: menunjukkan
kepedulian dan perhatian.
- Resistence (resistensi), ditandai dengan sikap : merasa kehilangan kontrol, kekhawatiran terhadap kompetensi, kontribusi yang akan diberikan, ketidakjelasan, kehilangan fokus atau arah, tidak bisa tidur, kemarahan/pertentangan, menarik diri dari tim, dan menyalahkan.
Yang
harus dilakukan oleh pemimpin pada tahap ini adalah:
§ memunculkan
resistensi itu dengan mencari tahu reaksi, pertanyaan-pertanyaan, dan
kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan.
§ Mendengarkan,
mendengarkan, mendengarkan.
§ Menunjukkan
kepedulian dan perhatian serta merespon secara empatik
§ Membantu
anggota organisasi untuk mengidentifikasi apa yang harus diakhiri dan apa yang
tidak
§ Memberi
kesempatan untuk berperan serta
§ Menyingkirkan
segala sesuatu (alat, sistem, mesin) yang akan mendorong orang untuk bertahan
pada hal-hal yang lama.
- Exploration (eksplorasi), ditandai dengan kondisi: melihat peluang-peluang, mengeksplorasi alternatif, merasa ‘aku bisa melakukannya’, kreatifitas dan energi yang tinggi, terlalu banyak ide-ide baru, tidak fokus, keragu-raguan, terlalu banyak yang harus dikerjakan, mulai ‘menjadi’ sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Pada
tahap ini yang harus dilakukan oleh pemimpin adalah:
§ Terus
menjelaskan tujuan dan rencana
§ Mendukung
komitmen untuk perubahan
§ Mendorong
orang untuk kreatif dan meminta gagasan-gagasan untuk membuat perubahan bagi
diri mereka sendiri
§ Mulai
melatih orang-orang dengan keterampilan-keterampilan baru yang dibutuhkan
- Commitment (komitmen), ditandai dengan adanya: teamwork, kepuasan, rencana yang lebih fokus, kerja sama, keseimbangan, visi yang jelas untuk masa depan.
Yang
harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini adalah:
§ Tetap
fokus pada rencana
§ Mendukung
komitmen orang-orang terhadap perubahan
§ Terus
memberikan pelatihan dan mempraktekkan keterampilan-keterampilan baru
Keempat
tahap itu harus dilalui secara berurutan, tidak boleh dilompati. Mungkin satu
tahap tertentu berlangsung lebih lama atau lebih cepat dari tahap-tahap
lainnya. Tahap denial dan resistence
merupakan tahap yang harus diwaspadai dan dipersingkat waktunya. Pada tahap denial dan resistence ini orang-orang harsu didampingi dan diberi pencerahan,
karena apabila orang-orang dibiarkan berlama-lama pada tahap ini maka mereka
akan semakin terpuruk lebih lama dan sulit untuk bangkit menuju ke tahap
selanjutnya.
Manajemen Perubahan dan Kepemimpinan Perubahan
Berikut
ini adalah perbedaan antara manajemen perubahan dan kepemimpinan perubahan.
Manajemen
Perubahan melihat perubahan sebagai berikut:
·
Perubahan merupakan ancaman yang harus
dikontrol
·
Perubahan dikelola melalui berbagai
metode dan alat
· Manajer perubahan yang terpilih adalah
yang paling berkualitas untuk menangani perubahan
·
Is-isu dan problem-problem dapat dapat
diatasi dengan tindakan-tindakan
Adapun
Kepemimpinan Perubahan melihat perubahan sebagai berikut:
·
Perubahan merupakan keunggulan
kompetitif yang harus dirangkul
·
Diperlukan sebuah tim pemimpin
perubahan untuk memimpin perubahan
·
Memimpin perubahan harus dilakukan
dengan hati dan pikiran
·
Isu-isu dan problem-problem dapat
dipetakan secara proaktif
Pemimpin
sangat diperlukan untuk perubahan. Menurt John Kotter, suatu tim perubahan yang
hanya terdiri dari para manajer – walaupun para manajer yang hebat dan luar
biasa sekalipun, akan menyebabkan sebagian besar upaya perubahan tidak
berhasil. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin dan manajer yang bekerja
bersama-sama. Kepemimpinan yang mendorong dan menggerakkan, sedangkan manajamen
yang mengendalikan. Tim perubahan yang sukses membutuhkan 75% kepemimpinan dan
25% manajemen.
Bagaimana menjadi Pemimpin Perubahan?
Untuk
menjadi pemimpin perubahan, hal-hal yang harus dilakukan antara lain :
- Menginisiasi/memulai perubahan
- Memobilisasi komitmen
- Menciptakan kondisi-kondisi di mana perubahan dapat berlangsung dengan sukses.
- Membuat perubahan itu terjadi. Mengelola perubahan merupakan suatu proses yang panjang, dna bukan suatu peristiwa singkat.
Perilaku kepemimpinan yang diperlukan untuk situasi perubahan dalam
organisasi:
- Menyadari pengaruh perubahan terhadap anggota organisasi
- Memahami dampak perubahan
- Merekam, mengenali, dan mempublikasikan keberhasilan
- Berkomunikasi dengan sesama agen perubahan
- Sering membantu dalma pelatihan
- Mendorong orang lain untuk melihat perubahan itu sebagai sesuatu yang urgen, memungkinkan untuk dicapai, dan menyenangkan
- Mengidentifikasi dan menasehati (memberi pencerahan) kepada mereka yang menolak perubahan
- Mengidentifikasi staf yang antusias
- Melakukan pertemuan-pertemuan rutin dan mengadakan sesi Q&A (Questions and Asks)
- Bekerja sama dengan Tim Perubahan
- Mengkomunikasikan visi (atau rencana) yang jelas dan konsisten dengan komitmen
- Memperjuangkan perubahan – mampu melibatkan orang lain
- Memperlakukan orang-orang dengan respek
- Menunjukkan integritas dan standar etika yang tinggi
- Menetapkan dan meneruskan standar personal penyampaian yang tinggi
- Tegas, terutama ketika berhadapan dengan masalah-masalah yang menantang
- Mampu menyerasikan dan memanfaatkan peluang-peluang baru
- Menbangun hubungan yang efektif
- Membangun kinerja tim yang efektif
- Secara terbuka mendorong dan mengakui kontribusi orang lain
- Memberikan umpan balik yang konstruktif secara teratur
- Mendorong pengembangan pribadi dan memberikan peluang-peluang yang tepat.
Tidak ada sesuatu yang
tidak berubah, semua pasti akan mengalami suatu perubahan. Begitu juga dengan
organisasi, yang harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dibutuhkan suatu
perencanaan dalam proses perubahan, sehingga perubahan menjadi lebih terarah.
Bagi seorang pemimpin, critical succes
factor dapat menjadi landasan dalam mengelola perubahan. Dengan
memperhatikan berbagai dimensi dalam perspektif manajemen perubahan tersebut diharapkan
proses perubahan dapat dilakukan dengan sukses.
“To
be successful as a change leader…. You must be the change you wish to see in
the world” (Mahatma Gandhi, Indian Leader)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar